Tulisan ini merupakan bagian kedua dari laporan Said Muchsin, wartawan senior asal Aceh yang menetap di Jakarta, tentang penelitian Zulfian, seorang ilmuwan asal Aceh yang berkutat mendalami tentang suara. Laporan yang amat menarik ini disajikan “nuga.co” seperti di bawah ini.
Di negara-negara maju, tingkat kebisingan yang melampaui ambang batas ditanggung oleh negara. Hiruk pikuk berlalu lintas yang mengganggu kebisingan penghuni rumah dan gedung jadi tanggung jawab negara. Makanya ketika seseorang meminta izin mendirikan bangunan (IMB), salah satu persyaratannya adalah tIngkat kebisingan dari dalam rumah dan dari luar rumah. Di Indonesia, yang dikedepankan adalah uang masuk bagi kas negara. Urusan bising jadi tanggung jawab yang punya rumah.
Ada hal penting lain yang perlu diketahui masyarakat. Semua Bandara di Indonesia tidak memiliki standarisasi polusi bising. Bahkan Bandara Kualanamu di Suamatera Utara yang katanya termegah di Indonesia dan Asia Tenggara, ternyata lemah sekali dalam teknologi sound system.
Harusnya pihak perancang bangunan melakukan mapping dahulu akan tingkat kebisingan, saat pesawat DC-10 mendarat atau mengudara. Bila sekitar bandara terdapat pemukiman penduduk, harus dilakukan mapping untuk memenuhi standar tata ruang. Selama ini, keselamatan penduduk sekitar bandara terabaikan, baik dari aspek keselamatan penerbangan maupun keselamatan penduduk dalam skala luas (bising yang amat sangat, atau kecelakaan).
Arsitektur suara dalam masjid-masjid dengan kubah segitiga serta berjenjang itu dirancang oleh para ahli tempo doeloe dengan sangat tepat. Suara khatib terdengar jelas di semua sudut ruangan walau tanpa pengeras suara. Ventilasi udara yang terdapat pada kubah-kubah masjid tempo doeloe dirancang dengan sangat tepat.
Pada puncak masjid Aceh masa lampau, di puncaknya ada ruang tolak angin yang bentuknya segitiga. Di Aceh, Masjid Indrapuri memiliki aspek triangle yang tepat. Ketika dilakukan pengukuran suara di dalam masjid, waktu dengungnya bagus sekali. Suaranya sangat jelas, serta efek triangle kubah masjid menghilangkan gangguan suara-suara lain. Pantutalan suara khatib dan imam langsung terdengar jelas oleh jamaah. Suasana ini sangat membantu menciptakan sholat yang khusuk. Model masjid ini kemudian oleh Presiden Soeharto dijadikan simbol pembangunan masjid berbantuan yayasan pada masa itu.
Perancangan suara untuk gedung, rumah, tempat ibadah, ditujukan untuk menghindari bising, serta audien dapat dengan jelas mendengar dan menyimak dengan baik dan tenang.
Zulfian mengatan banyak alat-alat tertentu dan suara-suara tertentu yang sebenarnya mengganggu kesehatan. Mesin diesel, terutama bagi pengendari mobil diesel itu bisa membahayakan kesehatan jantung. Suara bass pada musik ditujukan untuk meningkatkan emosional tetapi amat berbahaya bagi jantung. Demikian juga peralatan tertentu seperti fiberglas dan panel merusak bagi jantung.
Sungguh di kemudian hari bagi Indonesia, teknologi sound ini diharapkan Zulfian bisa dikembangkan lebih jauh. Bila mungkin Aceh mendirikan satu Fakultas untuk tehnik suara ini.
Aceh memikliki banyak tantangan. Bangunan-bangunan kita tidak standar dalam pengendalian suara. Selain itu, gangguan rayap amat kuat pada bangunan rumah. Padahal dengan gelombang suara ultrasonic, rayap bisa diganggu keberadaannya. Secara ilmu biologi rayap bisa dimandulkan.
Aceh amat membuutuhkan ilmu sound ini terutama sekali untuk mendeteksi keberadaan sumber daya alam seperti emas, minyak, gas alam, batubara, nikel, uranium dan lainnya.
Dalam ilmu politik kenegaraan, sound I ni pun mampu mendeteksi apakah suatu daerah bisa berjalan aman atau tidak. Caranya dengan mendeteksi karakter manusianya. Bagaimana kita menyaksikan masyarakat Aceh pasca konflik bersenjata? Muncul watak manusia yang hanya mau mendegra kata hatinya. Pandangan orang lain salah semua. “Mandum kon, ke nyang betoi”. Watak ini menumbuhkan kepribadian arogansi, bahkan hingga ke watak anarkis. Mudah tersinggung, temperamental, yang ujungnya menuai penyakit darah tinggi bagi yangh bersangkutan.
Untuk Aceh misalnya, kita bisa petakan teori konflik Aceh. Dalam mapping (peta). Ada yang namanya simetris dan asimeteris. Yang simetris itu wataknya menjaga kerukunan, stabilitas, harmoni, santun, ramah tamah. Watak ini terlihat dari rumah, hingga dalam pergaulan yang luas di luar rumah. Ini watak yang memiliki pekerti bagus. Suara dari yang bersangkutan mengalun lembut pada perempuan, dan mengalun ramah dan kharisma bagi lelaki.
Dari tata pergaulan ini kita menyaksikan suara-suara manusia yang luhur budinya itu menentramkan jiwa pendengarnya. Ini amat penting bagi para tabib, dokter, khatib, guru, pemimpin daerah dan negara, hingga rumah tangga. Bagi pasien, suara yang lembut dan ramah itu saja sudah jadi obat mujarab. Watak suara akan menentukan watak dalam pengambilan keputusan. Keputusan dari pemilik suara yang simetris itu mendatangkan perdamaian, menentramkan batin, dan memelihara persahabatan.
Yang tidak simetris itu dapat dipetakan dalam abjad ABCDE untuk kasus Aceh. A-B tahap penyadaran; B-C tahap konfrontasi; C-D tahap negosiasi; D-E tahap damai.
Bila Aceh mau maju, dia harus beralih dari tahap asimetris ke tahap simetris. Syaratnya para pemimpin Aceh itu harus hidup rukun damai, dan kondisinya benar-benar stabil, jauh dari konflik. Lawan-lawan politik harus kembali dirangkul. Simbol-simbol yang bisa memecah-belah harus disingkirkan.
Nah, dalam istilah buble (gelembung) suara tak hanya ada pada ikan paus, dolphin atau lumba-lumba) tadi. Istilah buble ini juga berlaku dalam berbagai kebijakan atau struktur politik dan ekonomi suatu negara. Bursa Wallstreet rontok sebagai akibat buble itu pecah. Suatu negara bisa runtuh akibat “buble poltik” atau kebijakan-kebijakan politiknya mengarah pada kehancuran negara, seperti kebijakan politik perestroika dan glasnost dari Presiden Gorbacheve sehingga Uni Soviet pecah sebagai sebuah negara super power.
Contoh lain adalah negara-negara di Eropa yang terkena guncangan buble ekonomi, lalu menjalar hingga ke Amerika Serikat. Khusus untuk Amerika Serikat, buble bursa saham New York pecah hingga merusak pasar. Demo besar-besaran terjadi di sana tahun lalu yang menuntut pembubaran bufrsa saham Wall Street.
Di Jakarta, buble korupsi tak hanya menghancurkan pamor tokoh politik, kepolisian dan pegawai negeri dan swasta, tapi juga pamor dari partai politik dan institusi negara. Gelembung korupsi itu berdampak sangat buruk dan luas dalam sistem kenegaraan yang maju dan modern. Korupsi merupakan mental primitive yang amat merusak keuangan negara dan sama sekali tidak modernis.
Di Aceh, buble wacana lambang Aceh berupa bendera memicu konflik horizontal. Kalau mau berhasil memimpin Aceh, hindarilah buble-buble tadi atau gelembung-gelembung yang bisa pecah bagaikan balon itu. Jalan damai itu adalah jalan yang tentram. Lalu gapailah kemakmuran Aceh melalui pintu damai tadi.
Mendapat pengetahuan yang bagus ini dari Ir Zulfian MSc, saya pamitan dari kediamannya di Ciputat, dekat kampus UIN -2 Jakarta. (SM).