Hari ini, Rabu, 14 Maret, dunia dikejutkan oleh meninggalnya fisikawan besar Stephen Hawking. di rumahnya di Cambridge, Inggris.
Wafatnya astrofisikawan terkemuka berumur tujuh puluh enam tahun itu dikonfirmasi putra-putrinya.
“Kami berduka karena kehilangan ayah yang amat kami cintai,” kata Lucy, Robert, dan Tim, anak-anak mendiang Hawking, seperti dilansir laman The Guardian, Rabu, 14 Maret
Menurut ketiga anak mendiang Hawking, ayahnya adalah ilmuwan yang berdedikasi tinggi. “Dia adalah ilmuwan yang tak biasa, yang mengabdikan seluruh pengetahuannya untuk sains,” ujar mereka.
“Tak hanya ketekunan dan keberaniannya, humornya pun mengilhami banyak orang.”
Ketiga anak Hawking juga bercerita, Hawking pernah menyatakan pesan terakhir tentang alam semesta. “Kata Ayah, ‘Tidak akan ada banyak alam semesta jika tak ada orang yang Anda cintai.’ Kami pasti akan sangat merindukannya.”
Pengarang The Brief History of Time ini mengidap penyakit langka, yakni amyotrophic lateral sclerosis atau dikenal dengan ALS sejak lima puluh tahun lalu. Hawking didiagnosis menderita penyakit ALS pada umur dua puluh satu tahun.
Saat itu, umurnya diprediksi tinggal dua tahun.
ALS adalah penyakit saraf yang mematikan segala anggota gerak. Dalam kasus Hawking, hanya otak yang bekerja dan menyokong kehidupannya. Gejala awalnya seperti cedera saraf biasa: otot kram dan tegang.
Gejala berlanjut hingga sulit mengunyah dan kehilangan kemampuan menelan. Untuk memenuhi nutrisi sehari-hari, Hawking mendapat asupan melalui selang kecil ke mulutnya.
Sepuluh hari sebelum wafat, fisikawan terkemuka ini memiliki sebuah jawaban atas apa yang terjadi sebelum Big Bang.
Saat Big Bang, semua materi di alam semesta terhampar menjadi titik materi yang sangat panas dan tak terbatas.
Jawaban dari Hawking dia berikan dalam sebuah wawancara dengan rekan sejawatnya yang hampir sama terkenalnya, Neil deGrasse Tyson.
Hawking membahas gagasan ini dan yang lainnya di seri final acara TV “StarTalk” milik Tyson, yang ditayangkan Minggu, 4 Maret
Jawaban Hawking untuk pertanyaan “Apa yang ada di sana sebelum Big Bang” bersandar pada teori yang dikenal sebagai “proposal tanpa batas”.
“Kondisi batas alam semesta adalah tidak memiliki batas,” kata Hawking kepada Tyson, menurut Popular Science.
Untuk memahami teorinya dengan lebih baik, ambil remote universal Anda yaitu remote yang mengendalikan alam semesta, dan tekan Rewind.
Seperti yang diketahui ilmuwan sekarang, alam semesta terus berkembang. Saat Anda bergerak mundur dalam waktu, maka alam semesta berkontraksi.
Rewind cukup jauh, dan seluruh alam semesta menyusut seukuran satu atom tunggal, kata Hawking.
Bola subatomik ini dikenal sebagai singularitas. (jangan dikelirukan dengan singularitas teknologi di mana kecerdasan buatan akan menyalip manusia).
Di dalam titik api dan energi kecil yang sangat kecil dan padat ini, hukum fisika dan waktu berhenti berfungsi.
Dengan kata lain, waktu yang kita pahami sama sekali tidak ada sebelum alam semesta mulai berkembang.
Sebaliknya, panah waktu menyusut tak terbatas karena alam semesta menjadi lebih kecil dan lebih kecil, tidak pernah mencapai titik awal yang jelas.
Menurut TechTimes, Hawking mengatakan selama pertunjukan bahwa sebelum Big Bang, waktu telah ditekuk.
“Itu mendekati nol, tetapi tidak menjadi nol,” menurut artikel tersebut. Intinya, “tidak pernah ada Big Bang yang menghasilkan sesuatu dari nol. Itu dari sudut pandang manusia.”
Dalam sebuah ceramah tentang proposal tanpa batas, Hawking menulis: “Peristiwa sebelum Big Bang tidak didefinisikan secara pasti, karena tidak mungkin seseorang mengukur apa yang terjadi pada saat itu. Karena peristiwa sebelum Big Bang tidak memiliki konsekuensi pengamatan, seseorang mungkin memotongnya dari teori itu, dan mengatakan bahwa waktu dimulai di Big Bang.”
Ini bukan pertama kalinya Stephen Hawking membahas teori terkait Big Bang ini. Dia sebelumnya menyampaikan ceramah tentang topik tersebut dan membintangi sebuah film dokumenter gratis tentang hal itu, yang tersedia di YouTube.
Stephen Hawking, juga mengeluarkan pendapat mengerikan tentang kiamat.
Menurut dia, bumi akan berubah jadi bola api raksasa dan lambat laun akan menemui ajalnya pada tahun dua ribu enam ratus. Artinya, tinggal lima ratus delapan puluh tiga tahun lagi.
Penyebabnya, seperti dikutip dari laman Metro.co.uk, penggunaan energi yang terus meroket. Dan menurut dia, satu-satunya jalan keluar adalah melarikan diri dari Planet Biru ini yang kita tinggali ini.
Saat diwawancarai dengan radio asal Cina, Hawking menyebut proyeknya yang bernama Breakthrough Starshot bisa menjadi langkah awal menghadapi kiamat tersebut. Proyek yang ia pimpin ini berencana membuat wahana antariksa dengan kecepatan cahaya.
“Breakthrough Starshot bisa mencapai Mars dalam waktu kurang dari satu jam, atau mencapai Pluto dalam beberapa hari. Jika bisa melewati Voyager dalam waktu kurang dari seminggu, maka akan mencapai Alpha Centauri hanya dalam waktu dua puluh tahun,” jelasnya.
Proyek ini mendapat sokongan dana dari miliarden Internet asal Rusia, Yuri Milner, dan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg.
Wahana yang dibuat rencananya menggunakan tenaga pendorong cahaya. Wahana ini diklaim bisa melesat seribu kali lebih cepat dari wahana manapun yang sudah diciptakan ilmuwan bumi.