Anda pernah mendengar nama Abdurahman bin Auf?
Dan apakah Anda tahu tentang kisah dari perjalanan hidupnya?
Ya. Abdurahman bin Auf adalah seorang sahabat Rasul. Sahabat yang kaya raya dan kedermawanannya sulit ditandingi hingga ke masa kini.
Sebagai sahabat Rasul yang dermawan ia juga merupakan salah satu dari delapan orang pertama yang memeluk Islam.
Dan dia adalah satu dari sepuluh orang atau dikenal dengan sebutan al-asyaratul mubasyirin yang dipastikan memasuki surga.
Lelaki ini juga adalah satu dari enam orang yang dipilih oleh Umar bin Khatab mem bentuk dewan syura untuk memilih khalifah setelah kematiannya.
Sebelum memeluk Islam orang mengenalnya sebagai Abu Amar.
Tapi saat dia menerima Islam, Rasulullah memanggilnya Abdurrahman atau hamba Allah yang pemurah. Abdurrahman menjadi seorang Muslim sebelum Nabi memasuki rumah al-Arqam.
Untuk diingat dia menerima Islam dua hari setelah Abu Bakar bersyahadat.
Apakah dengan kekayaannya itu ia luput dari kekejian kaum quraisy.
Jawabnya tidak.
Abdurrahman tidak luput dari kekejian perlakuan Quraisy. Dia menanggung ujian ini dengan ketabahan dan keteguhan mengimani tauhid.
Saat mereka terpaksa meninggalkan Makkah karena terus menerus mendapatkan penganiayaan, Abdurrahman ikut ber hijrah.
Dia kembali lagi ke Makkah saat dikabarkan kondisi hidup umat Islam membaik. Namun kabar ini ter nyata palsu, sehingga dia pergi lagi ke Abyssinia.
Hijrah keduanya dilakukan bersama Rasulullah ke Madinah.
Setibanya di Madinah, Nabi dengan cara yang unik menghubungkan kaum Muhajirin dan orang Ansar. Mereka membentuk ikatan persaudaraan dan di maksudkan untuk memperkuat ikatan sosial dan meringankan kesulitan Muhajirin.
Abdurrahman dipersaudarakan dengan Sad bin Arrabi’ah. Arrabi’ah sangat senang bersaudara dengan Abdurrahman, sampai-sampai dia ingin membagi harta kekayaan dan salah satu istrinya untuk dia.
Tetapi Abdurrahman menolaknya. Dia hanya minta ditunjukkan tempat biasa orang melakukan jual beli.
Stelah itu Abdurrahman pergi ke pasar dan mulai berdagang dengan modal terbatas yang dimilikinya. Bisnisnya yang dimulainya dari kecil lama kelamaan tumbuh pesat.
Setelah kehidupannya menjadi lebih baik, dia menikah dan memberitahukan kabar ini kepada Rasulullah.
Selain mas kawin, Rasulullah memerintahkannya membuat pesta kecil meski hanya dengan memotong seekor domba.
Nabi juga mendoakaannya agar ke kayaan Abdurrahman menjadi berkah. Setelah itu Abdurrahman semakin sukses. Batu yang diangkat olehnya selalu bisa menemukan emas atau perak di bawahnya.
Meski demikian Abdurrahman tetap berada di garis depan ketika Islam memanggilnya untuk berperang.
Di Uhud dia tetap teguh sepanjang pertempuran dan menderita lebih dari dua puluh luka parah. Selain fisik, dia tidak pelit untuk membelanjakan hartanya demi jihad.
Saat Rasulullah memerintahkan perjalanan untuk perang Tabuk, Abdurrahman berdiri terdepan menyumbangkan harta. Saat itu dia memiliki empat ribu dinar: dua ribu dinar diberikan untuk jihad, dan sisanya disimpan untuk keluarga.
Namun ternyata, perjalanan tersebut lebih sulit dan panjang daripada perkirannya. Pada saat itu Madinah meng alami musim kering. Perjalanan menuju Tabuk terasa panjang, lebih dari seribu kilometer.
Transportasi sangat mahal sehingga sekelompok umat Islam datang kepada Nabi SAW pergi dengan dia tapi dia harus memba likkannya karena dia tidak dapat menemukan transportasi untuk mereka.
Orang-orang ini mengalami kesedihan. Mereka dikenal sebagai bakka’in. Kemudian Nabi memanggil rekan-rekannya untuk membantu mereka berperang dan meyakinkan bahwa mereka akan diberi pahala.
Abdur rahman kemudian menyumbangkan ratusan keping emas. Ketika itu Umar bin al-Khattab berkata kepada Nabi, “Saya telah melihat Abdurrahman melakukan kesalahan, dia tidak meninggalkan apapun untuk keluarganya.”
“Apakah Anda telah meninggalkan sesuatu untuk keluarga Anda, Abdurrahman?” tanya Nabi. “Ya,” jawab Abdurrahman. “Saya telah meninggalkan lebih dari apa yang saya berikan dan lebih baik.”
“Berapa banyak?” tanya Nabi.
“Apa yang Tuhan dan Rasul-Nya telah berjanji untuk mendapatkan rezeki, kebaikan dan penghargaan,” jawab Abdurrahman.
Tentara Muslim akhirnya berangkat ke Tabuk. Di sana Abdurrahman diberkati dengan sebuah kehormatan yang tidak diberikan kepada siapapun.
Waktu shalat datang dan Nabi tidak ada pada saat itu. Kaum Muslim memilih Abdurrahman sebagai imam. Saat rakaat pertama hampir selesai Nabi baru tiba dan bergabung dengan jamaah lainnya kemudian menjadi makmum Abdurrahman
Sebagai orang kaya yang dermawan Abdurahman juga diketahui menjadi seorang yang memenuhi kebutuhan keluarga Nabi
Abdurrahman bertanggung jawab untuk mengurus kebutuhan keluarga Rasulullah dan umat Islam. Dia pergi bersama mereka kemanapun mereka mau.
Dia bahkan melakukan haji bersama mereka untuk memastikan bahwa kebutuhan mereka terpenuhi. Ini adalah pertanda kepercayaan dan keyakinan yang dia nikmati dari keluarga Nabi.
Dukungan Abdurrahman untuk kaum Muslimin dan istri Nabi khususnya sangat terkenal.
Pernah satu kali dia menjual sebidang tanah untuk empat puluh ribu dinar dan dia membagikan seluruhya untuk Bani Zahrah, kerabat ibu Nabi Aminah, orang miskin di kalangan umat Islam dan istri Nabi.
Ketika menerima sebagian uangnya, Aisyah berkata “Siapa yang telah mengirim uang ini?”
Kemudian orang sekitar memberitahukan Abdurrahman yang telah memberikan uang tersebut. lalu Aisyah berkata,”Rasulullah bersabda: Tidak ada yang akan merasa kasihan ke arahmu setelah aku mati kecuali sabirin (mereka yang sabar dan teguh).”
Kekayaan Abdurrahman tampak bersamanya sepanjang hidup. Dia menjadi orang terkaya di antara sahabat Nabi. Transaksi bisnisnya selalu sukses dan kekayaannya semakin banyak. Kafilah dagangnya ke dan dari Madinah tumbuh lebih besar, sehingga orang-orang Madinah banyak dilibatkan.
Mereka berdagang gandum, tepung, mentega, kain, peralatan, parfum, dan apapun yang diperlukan. Komoditas tersebut juga dikirim ke berbagai negara. Suatu hari, suara gemuruh terdengar dari luar batas Madinah.
Suara itu berangsur- angsur meningkat. Selain itu, awan debu dan pasir dibawa oleh badai pasir. Ternyata itu bukan cuaca buruk, melainkan rombongan kafilah Abdurrahman memasuki kota.
Mereka berdiri takjub saat tujuh ratus unta sarat barang pindah ke kota dan memadati jalanan. Ada banyak teriakan dan kegembiraan saat orang memanggil satu sama lain untuk keluar dan menyaksikan barang dan rezeki kafilah unta telah datang, Istri Rasulullah Aisyah bertanya, “Apa ini yang terjadi di Madinah?
” Dia kemudian diberitahukan, bahwa ini adalah kafilah Abdurrahman bin Auf yang datang dari Syria membawa dagangan. Aisyah menggelengkan kepala, takjub melihat banyaknya kafilah dagang sehingga membuat keributan.
Kemudian dia berkata, Saya telah mendengar Rasulullah, semoga Tuhan memberkatinya dan memberinya kedamaian, katakanlah: Saya telah melihat Abdurrahman bin Auf memasuki surga dengan merayap.”
Abdurrahman pernah berkata, jika bisa dia ingin masuk surga sambil berdiri. Dia bersumpah kepada Aisyah, bahwa keseluruhan kafilah dagang beserta semua barang yang dibawa diberikan untuk jalan Allah. Dalam sebuah perhelatan besar, Abdurrahman membagikan semua karavan besar itu kepada umat Islam Madinah.
Kemurahan hati Abdurrahman tidak berhenti sampai di situ. Empat puluh ribu dirham, empat puluh ribu dinar, dan lima ratus kuda diberikan kepada mujahidin.
Selain itu, seribu lima ratus unta diberikan kepada kelompok mujahidin lainnya. Empat ratus Dinar emas diberikan untuk korban perang Badar. Semua itu disedekahkannya untuk kemaslahatan dan kemuliaan umat Islam.