close
Nuganomics

Kebijakan The Fed Dorong Harga Emas Naik

Setelah mengalami penurunan selama dua tiga hari berturut-turut, hari ini, Kamis, 18 Juli, harga emas global di Comex mengalami kenaikan karena didorong oleh kebijakan agresif The Fed.

Seperti ditulis laman keuangan “bloomberg,” Kamis pagi WIB, harga emas kembali naik pada perdagangan hari Kamis.

Ini lantaran Bank Sentral Amerika Serikat  atau The Fed menjadi lebih agresif dengan kebijakan yang mendevaluasi mata uang dan akan menyebabkan pergeseran paradigma dalam berinvestasi.

Harga emas di pasar spot naik nol koma tujuh persen per ounce. Dan harga emas berjangka AS juga naik  nol koma tiga puluh tiga persen .

Ray Dalio, pendiri hedge fund terbesar di dunia, menulis di posting LinkedIn bahwa investor telah didorong ke dalam saham dan aset lain yang memiliki pengembalian seperti ekuitas.

Akibatnya, terlalu banyak orang memegang jenis sekuritas ini dan cenderung menghadapi pengembalian yang semakin menurun.

“Saya pikir ini tidak mungkin menjadi investasi pengembalian nyata yang baik dan bahwa mereka yang kemungkinan besar akan melakukan yang terbaik adalah mereka yang melakukannya dengan baik ketika nilai uang sedang didepresiasi dan konflik domestik dan internasional signifikan, seperti emas,” kata Pendiri The Bridgewater Associates tersebut.

“Selain itu, untuk alasan yang akan saya jelaskan dalam waktu dekat, sebagian besar investor kekurangan bobot dalam aset seperti itu, yang berarti bahwa jika mereka hanya ingin memiliki portofolio seimbang yang lebih baik untuk mengurangi risiko, mereka akan memiliki lebih banyak aset seperti ini.”

“Untuk alasan ini, saya percaya bahwa akan mengurangi risiko dan meningkatkan laba untuk mempertimbangkan menambahkan emas ke portofolio seseorang. Saya akan segera mengirimkan penjelasan mengapa saya percaya bahwa emas adalah diversifikasi portofolio yang efektif,” jelas Dalio

Sejak krisis, Fed dan banyak mitra globalnya telah mempertahankan suku bunga rendah dan menggunakan kebijakan seperti pelonggaran kuantitatif, atau pembelian obligasi dan aset keuangan lainnya, untuk mendorong pengambilan risiko yang pada gilirannya telah membantu pemegang aset keuangan.

Selama waktu itu, jumlah utang perusahaan dan pemerintah telah melonjak, menempatkan bank sentral pada posisi yang perlu mempertahankan suku bunga rendah.

The Fed memulai program di mana ia mencoba untuk menormalkan kebijakan, tetapi sekarang diharapkan untuk beralih kembali ke mode pelonggaran karena memotong suku bunga dan menghentikan pengurangan kepemilikan obligasi di neraca.

“Bagi saya, tampak jelas bahwa The Fed harus membantu debitor relatif terhadap kreditor. Pada saat yang sama, tampak bagi saya bahwa kekuatan pelonggaran di belakang paradigma ini (yaitu, penurunan suku bunga dan pelonggaran kuantitatif) akan memiliki efek yang semakin berkurang,” ungkap Dalio.

Sehari sebelumnya, Rabu, harga emas dunia di Comex,  kembali tergelincir bersamaan dengan dipublikasikannya data ritel Amerika Serikat yang  bergerak poisitif.

Seperti ditulis laman keuangan “bloomberg,” Rabu pagi WIB, harga emas turun  setelah angka data penjualan ritel AS lebih baik dari perkiraan.

Data ini sekaligus menurunkan ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS dan mendorong dolar lebih kuat.

Harga emas di pasar spot turun hampir setengah  persen per ounce. Dan harga emas berjangka AS juga turun [ada ;posisi yang sama.

“Pasar (emas) lebih bergantung pada faktor makro untuk bisa mendorongnya kembali menguat. Jika kami terus melihat data yang lebih kuat seperti angka ritel, itu menghadirkan peluang bagi pasar,” kata Suki Cooper, analis logam mulia di Standard Chartered Bank.

Departemen Perdagangan AS mengatakan penjualan ritel naik nol koma empat persen bulan lalu karena konsumsi rumah tangga meningkatkan berkat penjualan kendaraan bermotor dan berbagai barang lainnya.

Survei Reuters memperkirakan penjualan ritel naik nol koma satu persen pada Juni. Akibat ini, Dolar menguat nol koma empat persen terhadap rival utama pasca data AS yang optimis.

“Kami telah melihat kembalinya skenario peluang pasar yang lebih jelas, berkat data yang data yang kuat, yang dapat mencegah Fed AS dari pemangkasan suku bunga, sehingga memiliki implikasi besar pada pasar,” kata analis pasar senior OANDA, Craig Kata Erlam.

Data penjualan ritel muncul menjelang keputusan bank sentral. Di sisi lain Bank Sentral Eropa juga akan jatuh tempo pada akhir Juli dan The Fed diperkirakan akan memberikan penurunan suku bunga AS setelah itu.

Dengan suku bunga yang lebih tinggi akan membuat dolar kembali menguat.

Melihat perkembangan perdagangan AS-China, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan dia dan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer akan mengadakan pembicaraan perdagangan lebih lanjut dengan rekan-rekan China minggu ini. Ini menjadi bagian dari upaya untuk mengakhiri perang dagang yang telah membebani pasar.

Tags : slide