“Lesu,” ujar Memet. Pemilik Toko Mas Haji Harun Keuciek Leumiek, yang paling terkenal di Banda Aceh itu, tak bisa menyembunyikan rasa jenuhnya terhadap “pergolakan” harga emas yang terjun bebas selama setahun terakhir. “Sinerji antara kelesuan ekonomi Aceh dengan harga mas betul-betul membosankan,” kata Memet di sebuah siang kepada “nuga.co.”
Memet tak salah, ketika gairah usahanya menemukan kelesuan. Penurunan harga mas yang terus terjadi, sejak mencapai puncaknya diakhir tahun 2011, menyebabkan banyak pembeli yang menahan diri. “Kalau harga terus terjun, kami juga bisa buntung,” seloroh Memet.
Menurut Memet, skema perdagangan emas, terutama perhiasan, harus ada keseimbangan antara jual dan beli. Keseimbangan ini juga harus pula diikuti oleh pergerakan harga yang naik turun. “Itu baru akan menimbulkan rangsangan bisnis yang bagus,” ujarnya.
Artinya, kalau trend harga naik turun, baik pembelian maupun penjualan akan mendapat kesetaraan secara grafis. “Kalau kami beli dengan harga sekian per mayam, dan kemudian dijual dengan harga sekian ada selisih yang menjadi margin. Kalau terus turun dan pemilik melepaskan barangnya untuk kami beli, waktu dijual kan bisa apes,” katanya.
Tentu tidak mutlak begitu. Sebab perdagangan emas perhiasan, sebagaimana dijalankan Memet, masih terkait dengan ongkos. “Mungkin di situ kami masih bisa mensiasati agar tidak rugi betul,” kata Memet.
Khusus di Banda Aceh, perdagangan emas selama setahun terakhir menunjukkan gejala kelesuan. Perdagangan emas perhiasan sangat tergantung dengan pertumbuhan pendapatan. “Kan orang yang mejual maupun membeli emas itu dikaitkan dengan investasi. Tidak kebutuhan,”kata Memet. Sepanjang mereka menganggap ada nilai keuntungannya pasti mereka akan beli. Kalau tidak mereka akan menahan diri.
Naik turunnya harga emas tidak hanya terjadi di Banda Aceh. Pasar global emas, seperti dikutip dari harian “The New York Time” berdasarkan analisa yang didapatnya dari Goldman Sach, akan terus jeblok hingga akhir tahun ini. Penyebabnya, investor mulai nyaman dengan makin tenangnya kondisi ekonomi Eropa sehingga mereka melepaskan cadangan emas.
Menurut “New York Time” Amerika Serikat saja sudah melepaskan cadangan emas sebesar 75 milyar dolar. Pelepasan oleh Amerika Serikat itu juga diikuti para investor besar sehingga perdagangan emas di bursa berjangka jeblok secara terus menerus. Kini harga emas dunia sudah tergerus sebesar 17 persen di banding harga tertinggi di akhir tahun 2011.
Bahkan, menurut “Daily Maill” sebuah surat kabar yang terbit di London, para pialang dan fund manajer yang bergerak dalam bursa berjangka emas sudah menganjurkan kepada para pemilik emas untuk melepaskan cadangannya. Pelepasan serentak ini akan menyebabkan harga emas semakin jeblok.
Menurut “Maill” para investor tidak melihat lagi emas sebagai investasi yang menarik bersamaan dengan mulai pulihnya perekonomian Europa. Mereka akan masuk ke pasar-pasar sekunder untuk mencari keuntungan yang lebih besar. Hasil penjualan emas ini juga telah menyerbu bursa saham di Asia. Mereka menabrak saham-saham unggulan, terutama tambang, untuk mendapatkan margin yang lebih besar.
Pergerakan bursa saham Asia memang menaik secara tajam. Indek Harga Saham Gabungan di BEI, Jakarta, sudah mencapai angka empat ribu lebih dan terus meningkat dengan aksi beli dari investor asing.
Menurut “Maill,” para pialang di London memperkirakan harga emas akan tergerus terus selama tahun 2013. “Tak ada yang mendukung komoditi tambang itu bisa bergerak naik,” tulisnya.