El Clasico bukan sekedar pertandingan dua tim La Liga, Barca lawan El Real. Laga itu adalah “perang” antara Espanola (baca: Espanyola) dengan Catalonia atau Catalunya ataupun Catalan. Sebuah perang yang sudah digenderangkan selama 110 tahun lalu yang menyebabkan ia menjadi klasik.
Tambur “perang” ini tidak juga sebagai persaingan emosional di lapangan sepakbola. Ia sudah menjalar lewat nyala dendam dari kultur dua provinsi di Spanyol yang saling mengklaim lebih unggul. Kultur Madrid yang monoton dengan latar pertanian yang adem berbenturan dengan semangat petualangan Catalan yang hangat dengan uap laut Mediterranean yang plural.
Maka tak salah kalau Jose Mourinho, Kamis, kepada Bien Sport mengatakan laga ini akan menyebabkan dunia berhenti sejenak. Bagi Mou, tidak ada pertandingan paling hebat selain ketika kedua tim bertemu. “Tidak hanya di momen La Liga, tapi disetiap event. Semua orang tahu itu. Dan mereka melupakan partai lain”” kata pelatih Real Madrid yang dijuluki sebagai special one itu.
“Saat El Real bertemu Barca ada kegembiraan. Semua senang. Dan kami juga menyenanginya. Tak peduli siapa yang memenangkannya. Cuma tiga angka dan bukan segala-galanya”, lanjut Mou.
Real Madrid di akhir pekan ini, Minggu (7/10/2012) akan bertandang ke Nou Camp, rumahnya Barcelona, dengan satu tekad mendapatkan tiga angka untuk memangkas selisih delapan poin di klasemen sementara La Liga.
Tabloid sepakbola Spanyol, Football Espana dalam edisi Kamisnya mengipas pertandingan dua rival itu dengan menurunkan komentar pelatih Getafe, Luis Garcia Plaza, klub yang mengalahkan Los Blancos di awal musim, “Saya tak ingin melihat Barcelona menang.”
Bagi Plaza, kemenangan Barca akan menurunkan tensi persaingan kedua tim terbaik dunia itu. Kalau Barca menyelesaikan pertandingan secara sempurna selisih angka kedua adalah 11. “Tidak menarik untuk sebuah persaingan maupun tontonan”, kata Plaza. Lebih lanjut dia katakan, “Saya tak punya masalah dengan Barca. Saya hanya ingin Madrid menang untuk kebaikan La Liga. Tahun lalu saya berharap Barcelona yang menang. Kini berikan ke Madrid.”
Baik Barca maupun Madrid sedang berada di-track yang benar untuk menjalani laga ini. Barcelona sejak dimulainya musim ini nyaris tak punya halangan untuk memenangkan setiap pertandingan. Di La Liga mereka menempati puncak klasemen dengan terpaut delapan angka dari Madrid. Sedangkan di penyisihan Liga Champions mereka baru saja memenangkan pertandingan melawan Porto 2-0 dan mencatat enam angka dan menempati urutan teratas klasmen Grup G. Sepekan sebelumnya Real juga menerjang The Citizens di Santiago Bernabeu di pertandingan pembuka Liga Champions.
El Real, yang di awal musim, sempat terseok kini sudah kembali ke jalan yang benar dengan memenangkan seluruh pertandingan yang dimainkannya. Ketika tandang ke Amsterdam Arena, di babak penyisihan Champions, Rabu, dua hari lalu, Ronaldo menggasak Ajax 4-1. Ronaldo sendiri melakukan hattrick.
Usai bertanding, Ronaldo dengan kalem menjawab pertanyaan wartawan tentang pertandingan tandang El Real ke Nou Camp nanti, “Peluang yang bagus. Sama dengan peluang Barca. Mereka juga ingin memenangkannya di rumahnya untuk menjauhkan jarak. Kami datang untuk menyempurnakan hasil. Ini juga pertandingan yang sulit bagi kedua tim.”
El Real terakhir ketemu dengan La Barca di pertandingan Piala Raja, pasca-La Liga, dan pertemuan ini dimenangkan oleh Los Blancos. Dan bagi Ronaldo el clasico Minggu ini juga akan dipertaruhkan sebagai jawaban siapa yang terbaik di antara Lionel Messi dan dirinya di pentas global setelah dirinya gagal menjadi pemain terbaik sejagat.
Ronaldo asal Sporting Lisbon, Portugal yang merumput di Old Trafford dengan kostum bernomor 7 menggantikan posisi David Beckham dijual oleh Fergie, pelatih gaek “Setan Merah” Manchester United, ke Real Madrid dengan harga selangit, Rp 1,2 trilyun.
Kedatangan Los Blancos, julukan lain yang dirakatkan ke klub Real Madrid itu ke Nou Camp juga ditandai dengan “turun gunungnya” Ricardo Kaka. Dalam empat pertandingan terakhir, walaupun tidak mengisi daftar line up, Kaka sudah mulai melanjutkan kiprahnya di tim Mourinho. Isu kepindahannya ke Sao Paolo juga telah dimentahkan oleh penjelasan Presiden Madrid. “Tak ada rencana manjual Kaka. Ia akan tetap di Madrid dan akan tetap memberikan penampilan terbaiknya.”
Kaka, ketika tampil perdana, setelah berbulan-bulan menatap pertandingan Real dari bangku cadangan, mencetak hattrick pada pertandingan Piala Barnabeu dua pekan lalu. Usai itu Kaka juga dipasang lagi di paro kedua pertandingan melawan Manchester City dan melakukan “safety passing” untuk kemenangan Real. Di Arena Amsterdam ketika Los Blancos mengalahkan Ajax, Kaka memenuhi permintaan Mourinho untuk menjadi playmaker.
“Dia berhasil menjalankan fungsinya dengan baik dan menyulitkan kami. Ia hampir tak pernah kehilangan bola”, komentar Frank de Boer, pelatih Ajax, tentang Kaka yang turun di paruh kedua pertandingan. De Boer yang mengaggumi Kaka sempat berdecak melihat fight for (ball) position yang dimainkan Kaka ketika dihadang tiga pemain tengah Ajax.
“Mou, mainkan Kaka,” pinta de Boer seperti yang dikutip koran Belanda de Telegraff di halaman sportnya, dan menjadi judul berita berkarakter “time roman” yang menonjol.
Kaka, gelandang serang yang awalnya anak mas di Sao Paolo memang sebuah antitesis dari glamournya sepakbola Brazil. Ia berbeda dengan Pele, Garinha, Socrates, Ronaldo atau pun Ronaldinho maupun Neymar sekali pun yang lahir dan tumbuh jadi pemain besar di Selecao dari kampung-kampung udik dan komunitas kumuh perkotaan.
Ricardo Kaka datang ke jagat sepakbola Brazil dari rumah gedungan karena keluarganya merupakan kelas menengah yang mapan. Ia berlatih sepakbola sama rajinnya dengan kedatangannya ke setiap misa subuh di gereja. Ia memang anak academy Sao Paolo yang melahirkan bintang besar di perhelatan Piala Dunia atau kompetisi di daratan Eropa.
Bakatnya sebagai junior memang sudah moncreng, untuk itu di usianya yang 17 tahun Kaka sudah masuk tim inti senior dan mempersembahkan kemenangan kepada timnya di banyak laga.
Tapi di usia akhir 18 tahun Kaka di vonis menderita penyakit di tulang belakangnya yang waktu itu didiagnosa sulit sembuh. Ia pasrah dan melakukan terapi dengan harapan bisa kembali normal walaupun tidak lagi bermain bola.
Dalam hitungan bulan upaya penyembuhannya berhasil dan dia direkomendasikan bisa kembali ke lapangan. Membayar harga penyembuhannya itu, Kaka memenuhi janjinya untuk menyedekahkan sebagian penghasilan untuk kegiatan amal dan menjalani ritual hidup kerohanian yang ketat.
Ia memegang janji ini baik setelah ditransfer ke AC Milan maupun ketika harus menjalaninya bersama Los Blancos di Madrid, dua kota di Eropa yang sangat glamour dan penuh aktifitas “dugem” (dunia gemerlap). Dan hingga kini Kaka masih menjadi panutan para pemain yang menjalani kesederhanaan kehidupannya bersama keluarga. Kaka dikaruniai dua anak dari perkawinanannya dengan perempuan Sao Paolo yang rutinitas kehidupannya menghindari gosip selebriti. [DBS]