Anda termasuk salah seorang pria atau wanita yang masih memelihara keakraban dengan mantan kekasih?
Wah.., itu “nggak baik,” kata psikolog.
Lantas, nggak baiknya dari sisi mana?
Para psikolog sepakat pretensi tersebut bisa menjadi salah satu tanda sisi gelap kepribadian seseorang.
“Memelihara hubungan keakraban dengan kekasih itu berbahaya,” tulis hasil studi sekelompok psikolog dari Oakland University
Psikolog menilai adanya alasan tidak enak bagi seseorang yang berusaha tetap berhubungan dengan mantannya.
Studi yang intens meneliti “kejelekan” orang-orang yang memelihara hubungan dengan kekasih itu telah mempelajari area abu-abu pertemanan, yang ternyata banyak dialami oleh orang-orang.
Dari studi tersebut, ditemukan bahwa persahabatan antar mantan kekasih terjadi karena kedua belah pihak masih menawarkan sesuatu.
Baik itu informasi, uang, cinta atau seks, meski kepribadian si mantan kerap dijadikan sebagai alasan untuk tetap berhubungan.
Dalam studi yang dilakukan oleh psikolog Justin Mogliski dan Dr. Lisa Welling, sebanyak seribuan orang dijadikan sebagai partisipan.
Mereka ditanya tentang bagaimana mereka tetap berteman dengan mantan kekasih dan apa alasan mereka melanjutkan hubungan pertemanan.
Namun, dalam penelitian itu, para partisipan juga diminta untuk mengisi kuesioner yang mencantumkan fitur kepribadian klinis yang dirancang untuk menunjukkan ciri-ciri kepribadian yang gelap, seperti kecendrungan sikap manipulatif yang berkaitan erat dengan sifat narsisme, machiavellianisme dan psikopati.
Dalam psikologi, karakter gelap adalah kelompok orang yang mempunyai tiga ciri-ciri kepribadian.
Ketiganya adalah narsisme, machiavellianisme dan psikopati.
Narsisme ditandai dengan rasa besar kepala, kebanggaan, egoisme, dan kurangnya empati.
Sedangkan, Machiavellianisme ditandai dengan manipulasi dan eksploitasi orang lain, sinis dan fokus pada kepentingan diri sendiri dan penipuan.
Adapun, Psikopati ditandai dengan perilaku antisosial, impulsif, keegoisan, sifat tidak berperasaan dan anti-penyesalan.
Dalam studi psikologi yang pernah dilakukan, orang-orang yang mempunyai skor tinggi atas sikap-sikap tersebut cenderung pemilih dalam pertemanan, dan lebih menyukai hubungan jangka pendek atau singkat.
Berdasarkan studi itu, para peneliti pun mencari tahu apakah riset sebelumnya akan menghasilkan yang sama jika dikaitkan dengan hubungan antar mantan kekasih.
Studi itu pun akhirnya menyebut banyak dari partisipan yang memilih tidak berhubungan baik dengan mantan kekasih mereka.
Sedangkan alasan utama bagi mereka yang masih menjaga pertemanan dengan mantan kekasih adalah karena merasa mantan mereka dapat diandalkan, terpercaya, ataupun merasa masih ada hubungan sentimental.
Bagi pria, pragmatisme dan akses seksual dinilai lebih penting daripada yang dianggap partisipan perempuan.
Dalam jurnal Personality and Individual Differences, Mogilski dan Welling mengatakan; “Pria menilai, akses seksual lebih penting, daripada wanita.”
“ Hal itu sama dengan riset lain yang menunjukkan bahwa, dibandingkan wanita, pria lebih bisa melakukan hubungan seksual dengan teman hanya karena alasan daya tarik seksual.”
Meski begitu, untuk orang-orang yang mendapatkan skor tinggi cenderung memiliki kepribadian yang gelap, mereka biasanya tercirikan dengan pilihan-pilihan praktis yang mereka buat dan mempertahankan pertemanan dengan mantan untuk alasan bisa berhubungan kembali.
“Dari dua studi yang dilakukan, kami mengidentifikasikan alasan berteman dengan mantan sangat bervariasi dan erat berhubungan dengan seks serta kepribadian,” seperti dikutip dari Daily Mail.