Anda tahu ukuran takaran garam setiap orang setiap hari?
Tak lebih dari satu sendok makan.
Lantas, kalau melebihi?
Nah, ini masalahnya.
Konsumsi garam berlebih pasti mengundang hipertensi atau tekanan darah tinggi.
“Ingat, kebutuhan normal garam setiap hari bagi seorang manusia adalah tujuh gram atau sama dengan satu sendok the,” tulis laman kesehatan media terkenal Inggris “mirror,” Senin, 09 Januari 2017.
Tapi, pada kenyataannya, sebagian besar masyarakat mengonsumsi garam lebih dari asupan yang dibutuhkan.
Jumlahnya jadi berlipat. Garam itu sifatnya mengikat air, itulah kenapa kalau makan garam banyak jadi merasa haus. Kalau ginjalnya masih bagus, dia akan dikeluarkan oleh ginjal melalui urin. Itu adalah kompensasi tubuh
Tapi, jika konsumsi garam terus-menerus tinggi, tubuh akan terbiasa pada asupan garam yang tinggi sehingga mengakibatkan masalah pada ginjal.
Kemampuan ginjal untuk mengatur garam, membuat kadarnya normal dalam tubuh melalui pengeluaran atau ditahan, akibatnya timbullah hipertensi.
Meski begitu, kekurangan asupan garam pun tidak baik juga bagi tubuh. Kekurangan garam dapat menyebabkan tubuh lemas.
Dengan tidak ada garam, selera makan seseorang akan menurun.
Orang-orang yang tidak makan garam akan lebih lemas. Garam itu mineral penting yang memompa sel.
Di dalamnya itu ada natrium dan kalium yang mengatur elektrolit masuk dan keluar dalam sel, jadi memang garam dibutuhkan.
Kesadaran masyarakat akan kesehatan semakin tinggi. Terlebih dengan informasi yang mudah didapat melalui internet. Namun sayangnya, masih sulit membedakan mana informasi yang valid dan hanya hoax saja.
Garam tetap dibutuhkan oleh tubuh kita, hanya jumlahnya harus cukup dan jangan diperbanyak lagi meski rasa makanan kurang asin.
Selama ini garam dikenal memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan. Garam disebut-sebut sebagai pemicu munculnya berbagai penyakit.
Garam juga diresepkan para dokter untuk dikurangi penggunaannya. Namun, garam tidak selamanya buru.
Ternyata sebuah penelitian skala dunia mengungkapkan, bahwa kekurangan garam justru bisa meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular hingga kematian.
Dilansir dari laman Science Daily, bahwa yang perlu mengurangi asupan sodium adalah mereka yang memiliki hipertensi dan tingkat konsumsi garam yang tinggi.
Mereka melihat secara spesifik apakah hubungan antara asupan garam atau sodium dengan kematian, penyakit jantung, dan stroke berbeda pada orang yang memiliki tekanan darah tinggi dan mereka yang memiliki tekanan darah normal.
Para peneliti menunjukkan, bahwa kurangnya asupan sodium pada responden yang tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi justru berkaitan dengan risiko lebih tinggi terkena serangan jantung, stroke, dan kematian dibandingkan dengan asupan yang normal.
Andrew Mente, kepala investigator PHRI serta profesor epidemiologi klinis dan biostatistik di McMaster’s Michael G. DeGroote School of Medicine mengatakan, kalau penelitian ini amat sangat penting bagi mereka yang menderita tekanan darah tinggi.
“Penelitian kami penting karena menunjukkan bahwa menurunkan asupan sodium lebih baik ditujukan pada mereka yang memiliki hipertensi yang juga memiliki tingkat konsumsi sodium yang tinggi,” ujar Mente.
Penelitian baru ini menunjukkan bahwa risiko yang berkaitan dengan asupan garam yang rendah, kurang dari tiga gram per hari, konsisten terlepas dari status hipertensi seseorang.
Mente mengatakan, penelitian ini menunjukkan pada sebagian besar warga di berbagai negara di dunia untuk mengkonsumsi garam dalam jumlah tepat.
Diagnosis terjadinya darah tinggi salah satunya adalah terlalu banyak mengonsumsi garam.
Dari sisi medis, konsumsi garam berlebih memang tidak dianjurkan bagi kesehatan. Karena selain memberikan dampak buruk jangka panjang bagi kesehatan, ternyata mengonsumsi garam berlebih efeknya dapat dirasakan secara langsung pada tubuh.
Seperti dilansir dari laman Prevention, berikut ini efek yang bisa dirasakan langsung pada tubuh jika mengonsumsi garam secara berlebih. Efek ini juga bisa dijadikan indikasi bahwa Anda harus segera menghentikan konsumsi garam secepatnya.
Pernahkan merasa cincin di jari Anda menjadi lebih sempit, meski berat badan Anda tidak naik? Ya, hal ini mungkin terjadi ketika Anda mengonsumsi terlalu banyak garam.
Dr. Mehran Movassaghi dari Providence Saint John, Pusat Kesehatan di Santa Monica, California, mengatakan bahwa tubuh manusia sangat kompleks dan butuh keseimbangan antara cairan dan juga elektrolit.
Setelah mengonsumsi garam dalam jumlah yang banyak, tubuh akan merasakan bahwa kandungan garam dan air mengalami ketidakseimbangan. Akibatnya, otak Anda mengirimkan sinyal rasa haus, yang meminta Anda untuk terus ingin minum. “Untuk mengimbanginya, konsumsilah lebih banyak air,” kata Movassaghi.
British Medical Journal mengingatkan ada hubungan yang kuat antara tekanan darah tinggi dan sakit kepala.
Karena itu, konsumsi garam berlebih akan berakibat terjadinya nyeri kepala secara langsung, bahkan ketika Anda tidak memiliki riwayat darah tinggi sekalipun.
Konsumsi garam berlebih akan membuat Anda merasa ingin buang air kecil setiap saat.
Ketika kadar natrium dalam darah berlebih, secara otomatis ginjal akan bekerja lebih keras untuk membersihkan kadar garam dalam tubuh Anda.
Hal tersebut berdampak pada rangsangan kandung kemih yang membuat Anda selalu ingin buang air kecil lebih sering dari biasanya.
Brain fog atau otak berkabut, adalah istilah bagi kondisi kaburnya kesadaran atau melemahnya fungsi otak.
Hal tersebut ditandai oleh melemahnya daya ingat.
Seperti yang tercantum dalam Journal of Nutrition Study bahwa konsumsi garam berlebih adalah salah satu pemicu munculnya brain fog.
Disebutkan bahwa garam sebabkan dehidrasi yang berdampak pada penurunan daya pikir dan konsentrasi.