Dua media Inggris terkenal, “the sun” dan “daily mail,” secara bersamaan mengingatkan mereka yang memilih jalan vegetarian untuk “hati-hati” dampak dari pilihan hidup sehat yang mereka jalani itu.
Ingat, tulis “the sun,” diet vegetarian dengan pilihan menu tak seimbang justru bisa membuat tubuh menjadi gemuk.
Sementara itu, “daily mail” mengungkapkan, vegetarian dalam jangka panjang cenderung menyebabkan DNA lebih mudah kena peradangan
Ahli gizi Monica Auslander, MS, RD, sekaligus pendiri Essence Nutrition mengatakan, diet vegetarian yang penuh dengan menu makanan karbohidrat olahan seperti nasi putih dan roti putih akan melonjakkan kadar gula dalam darah.
Menjadi seorang vegetarian banyak dipilih mereka yang ingin hidup sehat dan menurunkan berat badan. Namun hati-hati, salah pilih menu vegetarian justru bisa membuat berat badan naik.
diet vegetarian, di mana seseorang tak mengonsumsi protein hewani sama sekali, memang bisa memberikan banyak manfaat bagi kesehatan, seperti kulit menjadi lebih cerah, rambut bisa lebih bersinar, tingkat energi yang cenderung lebih stabil, hingga tercapainya berat badan ideal.
Apakah Anda vegetarian atau tidak, mengonsumsi karbohidrat olahan dalam jumlah banyak menyebabkan penumpukan gula, gula sendiri dapat memicu penumpukan lemak.
“Mengonsumsi terlalu banyak gula dapat menyebabkan produksi insulin berlebih. Insulin akan menyimpan kelebihan energi dari gula ke dalam sel lemak. Itu sebabnya tubuh dapat menyimpan lebih banyak lemak,” katanya.
Auslander menekankan, memilih gaya hidup vegetarian atau vegan adalah benar-benar keputusan yang perlu dipertimbangkan, bukan sekadar hanya meninggalkan daging.
Makan ikan justru lebih baik ketimbang menjadi vegetarian yang makan protein nabati dengan banyak nasi putih atau roti putih.
Berlainan dengan “the sun” yang menyoroti vegetarian dengan kegemukan, “daily mail” memberitahu, vegetarianism dari generasi ke generasi ternyata menyebabkan mutasi genetik yang meningkatkan risiko kanker dan penyakit jantung.
Riset menemukan, vegetarian dalam jangka panjang cenderung menyebabkan DNA lebih mudah kena peradangan.
Mutasi itu dipercaya membuat lebih mudah kaum vegetarian menyerap asam lemak dari tanaman.
Tetapi hal itu juga meningkatkan produksi asam arachidonic yang meningkatkan penyakit peradangan dan kanker.
Hal ini diperparah dengan diet kaya minyak sayur menyebabkan gen yang termutasi menjadi asam lemak menjadi asam arachidonic.
Masalah menjadi lebih parah karena mutasi itu menghalangi produksi omega 3 yang sebenarnya melindungi tubuh dari penyakit jantung.
Tentu ini menjadi masalah mengingat belakangan masyarakat mengubah pola makannya dari ikan dan kacang-kacangan yang mengandung omega 3 ke minyak sayur mengandung omega 6 yang justru kurang menyehatkan.
Penemuan baru ini menjelaskan studi sebelumnya yang menemukan vegetarian justru 40 persen berisiko terkena kanker usus besar dibandingkan mereka yang makan daging.
Hingga sekarang dokter masih dipusingkan oleh riset ini karena daging merah dikenal meningkatkan risiko terkena kanker.
Riset yang dilakukan oleh Cornell University ini membandingkan ratusan genome dari populasi vegetarian di Pune, India dengan pemakan daging di Kansas. Mereka menemukan perbedaan genetik yang nyata.
Tom Brenna, profesor gizi manusia dari Cornell University, mengatakan,”Mereka yang turun temurun menjalankan pola makan vegetarian cenderung membawa genetika yang cepat memetabolisasi asam lemak dari tanaman.”
“Pada orang-orang tersebut, minyak sayur akan diubah menjadi asam arachidonic yang lebih menyebabkan peradangan, meningkatkan risiko peradangan kronis yang terlibat menyebabkan terjadinya penyakit jantung dan memperparah kanker,” katanya.
Mutasi itu tampak pada genome manusia sejak lama dan diturunkan dari generasi ke generasi.
Vegetarian sering ditemukan kekurangan protein, zat besi, vitamin D, vitamin B12 dan kalsium.
Studi juga menemukan mereka memiliki kepadatan tulang lima persen lebih rendah dari pemakan daging.
Riset lain menemukan vegetarian cenderung jauh dari penyakit diabetes, obesitas dan stroke.
Terlepas dari dua tulisan di media Inggris terkenal itu, Professor Mark Woodward, MSc, PhD, dari George Institute for Global Health menuding, orang-orang masa kini cenderung mengonsumsi makanan yang salah.
Banyak orang yang rela menghabiskan uang untuk menikmati fast food ataupun junk food.
Buruknya lagi, ini seakan sudah menjadi kebiasaan dan gaya hidup sehari-hari.
“Harus diakui, apapun alasannya merokok dan mengonsumsi makanan cepat saji bukanlah hal yang seksi. Itu berbahaya bagi tubuh. Itu akan membunuh Anda,” ujar Professor