Siapa yang bisa membantah jalan kaki tidak sehat.
Nah, seperti ditulis laman situs “healthy day,” hari ini, Rabu, 31 Agustus 2016, aktifitas jalan kaki bisa menjauhkan seseorang dari diabetes.
Tulisan “healthy day” itu dikutip dari sebuah penelitian dari Duke University, Carolina Utara, Amerika Serikat.
Menurut studi itu aktivitas berjalan kaki lebih ampuh untuk melindungi seseorang dari terkena diabetes, dibanding berlari.
Dalam studi yang dilakukan, para periset mengumpulkan beberapa orang yang terkena pre-diabetes, yaitu kondisi di mana gula darah meningkat namun belum masuk ke level diabetes.
Mereka dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok berjalan cepat dan berlari.
Keduanya melakukan aktivitas sepanjang dua puluh dua kilometer dalam satu minggu selama enam bulan.
Para periset menemukan bahwa kelompok yang melakukan kegiatan tersebut mengalami toleransi glukosa enam kali lebih baik dan mempunyai sel darah yang lebih mampu menyerap gula darah, dibandingkan kelompok jogging.
Meski begitu,salah satu periset dari Duke University, Cris A Slentz mengatakan masih perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui alasan yang tepat, mengapa berjalan kaki dapat melindungi seseorang dari diabetes dari pada lari.
Namun, seperti juga ditulis laman situs kesehatan Men’sHealth, pada hari yang sama mereka mempunyai beberapa teori yang sangat mungkin menjadi jawaban.
Ketika Anda melakukan latihan seperti berjalan kaki sejauh empat koma delapan kilometer, maka tubuh Anda akan menghasilkan asam lemak lebih banyak dibandingkan saat melakukan jogging.
Itu menjadi kabar baik untuk risiko diabetes Anda, karena terlalu banyak asam lemak dapat membuat tubuh Anda lebih sulit untuk memproses hormon insulin .
Dan jika tubuh Anda tidak dapat menggunakan insulin secara efektif , sel-sel Anda tidak akan mampu menyerap gula darah dari aliran darah Anda.
Sehingga tubuh Anda akan mencari lebih dan lebih banyak insulin untuk mencoba mengimbangi.
Akhirnya, Anda tidak dapat menghasilkan cukup untuk secara efektif menghilangkan gula darah dari darah, yang memicu pradiabetes dan diabetes.
Hingga riset selanjutnya dilakukan, belum dapat dijelaskan apakah berjalan kaki berdampak dengan tubuh seseorang yang sehat dengan mereka yang sudah masuk dalam tahap pre-diabetes.
Sebuah studi lainnya mengingatkan kembali bahwa dampak tidur yang tidak proporsional dapat menyebabkan diabetes bagi pria.
Penelitian tersebut dipublikasikan dalam Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism dan menemukan bahwa kelebihan ataupun kekurangan tidur pada pria dapat mengganggu keseimbangan kerja organ dan meningkatkan risiko diabetes.
“Dalam sebuah kelompok hampir delapan ratus orang, kami mengamati hubungan spesifik jenis kelamin dengan durasi tidur dan metabolisme glukosa,” kata Femke Rutters, penulis dan peneliti dari the VU Medical Centre Amsterdam, Belanda, seperti dilansir Laboratory Equipment.
“Pada pria, tidur terlalu banyak atau sedikit berhubungan dengan rendahnya respon sel tubuh memproduksi insulin, mengurangi pengambilan glukosa, dan meningkatkan risiko kena diabetes di masa depan. Bagi wanita, hubungan seperti itu tak terdeteksi,” lanjutnya.
Menurut data laporan Endocrine Facts and Figure dari Endocrine Society, terdapat lebih dari dua puluh sembilan juta orang terkena diabetes. Dan selama lima puluh tahun terakhir, rata-rata durasi tidur seseorang berkurang satu setengah hingga dua jam.
Penelitian yang dilakukan Rutters melibatkan data durasi tidur dan risiko diabetes orang dewasa. Data tersebut berasal dari sembilan belas pusat penelitian di empat belas negara Eropa.
Hasil analisis menunjukkan pria yang kurang ataupun kelebihan tidur paling mungkin mengalami gangguan mencerna gula dibanding pria dengan rata-rata tidur tujuh jam sebagai patokan ideal.
Pria kurang dan lebih tidur itu memiliki kadar gula darah lebih banyak dibanding mereka yang cukup tidur.
Sedangkan pada kaum hawa, mereka yang tidur kurang dan lebih tercatat makin responsif terhadap insulin dibanding wanita cukup tidur.
Para wanita dengan jumlah tidur di luar normal ini punya fungsi sel beta lebih baik.
Sel beta adalah sel di pankreas yang memproduksi insulin sebagai pencerna gula dalam darah. Kondisi sel beta yang baik pada wanita dengan kurang dan lebih tidur melindungi Kaum Hawa dari risiko diabetes.
“Bahkan ketika dalam kondisi sehat pun, sedikit atau kelebihan tidur punya dampak merugikan bagi kesehatan,” kata Rutters.
“Penelitian ini menunjukkan pentingnya tidur sebagai aspek kunci kesehatan terutama metabolisme glukosa.”