Halaman Facebook yang biasa menautkan berita palsu, tidak akan lagi bisa beriklan di jaringan sosial tersebut.
Dalam sebuah pernyataan terbarunya Facebook mengatakan bahwa langkah tersebut merupakan tembakan terbaru yang dilepaskan perusahaan dalam perang melawan berita palsu yang digunakan untuk menipu.
“Jika Halaman berulang kali berbagi cerita yang ditandai sebagai palsu, pelanggar berulang ini tidak akan lagi diizinkan untuk beriklan di Facebook,” kata manajer produk Tessa Lyons dan Satwik Shukla dalam sebuah postingan blog.
“Pembaruan ini akan membantu mengurangi penyebaran berita palsu yang akan membuat Halaman yang menyebarkan berita palsu menghasilkan uang.”
“Berita palsu itu berbahaya bagi komunitas kita,” kata Lyons dan Shukla.
“Itu membuat dunia kurang mendapat informasi dan mengikis kepercayaan.”
Berita palsu menjadi isu serius dalam kampanye pemilihan AS tahun lalu, saat cerita-cerita curang beredar di media sosial, sehingga berpotensi menggoyang beberapa pemilih.
Kekhawatiran telah meningkat sejak saat itu tentang tipu muslihat dan kesalahan informasi yang mempengaruhi pemilihan di Eropa tahun ini, dengan penyelidikan yang menunjukkan bagaimana “peternakan klik” menghasilkan pendapatan dari iklan online menggunakan berita yang dibuat-buat.
“Kami telah menemukan contoh Halaman menggunakan iklan Facebook untuk membangun teman mereka agar bisa menyebarkan berita palsu secara lebih luas,” kata Lyons dan Shukla.
Facebook kerap menerima kritik untuk urusan pemberitaan.
Mulanya pada awal tahun ini, ketika tim editorial Facebook dilaporkan sering memilih berita sensasional sebagai yang terpopuler.
Padahal berita terpopuler semestinya merujuk pada banyaknya berita diklik.
Alhasil, Facebook memecat oknum di tim editorialnya dan memperbaiki sistem pemilihan berita terpopuler berdasarkan algoritma khusus.
Baru-baru ini, Facebook kembali dicerca. Jejaring sosial tersebut dituduh berkontribusi pemilihan presiden.
Sebab, ada berita palsu yang jadi viral di Facebook
Lagi-lagi Facebook berjanji akan memperbaiki aliran berita di linimasa.
Realisasi janji itu akhirnya dibeberkan lewat sebuah keterangan resmi yang diterima
Setiap artikel yang ada di linimasa Facebook kini dilengkapi dengan fitur pelaporan. Letaknya di sudut kanan atas layar.
Jika suatu artikel mengandung unsur penyebaran kebencian, hoax, atau spam, pengguna bisa langsung melaporkannya ke Facebook.
Ada beberapa alasan template yang bisa dipilih untuk memperkuat laporan.
“Kami sangat bergantung pada Anda sebagai komunitas kami dalam membantu mengatasi permasalahan ini atau berita hoax,” kata VP News Feed Facebook Adam Mosseri.
Untuk yang satu ini, Facebook bekerja sama dengan organisasi pihak ketiga.
Organisasi bernama International Fact Checking Code tersebut akan mengidentifikasi laporan yang dianggap sensasional dan mengabaikan fakta.
Selanjutnya, berita tersebut tetap bisa ada di linimasa, namun disisipkan tautan artikel yang benar.
Pengguna juga masih bisa membagikannya ke khalayak yang lebih luas, tapi akan ada peringatan dari Facebook bahwa berita itu diragukan kebenarannya. Selain itu, artikel yang ditandai tak bisa meraup duit dari iklan.
Facebook berasumsi bahwa semakin banyak berita disebar dan tak menimbulkan kontroversi, maka semakin tinggi tingkat kebenaran berita itu.
Makanya, berita-berita yang banyak disebar dan tak memicu kebencian akan lebih banyak terpatri di linimasa Facebook ke depannya.
Facebook sadar bahwa situs hoax bukan semata-mata untuk menggiring opini publik, namun juga untuk mendapat keuntungan finansial.
Dalam hal ini, Facebook telah mengeliminasi kemampuan pembelian domain yang sifatnya menipu, sehingga mengurangi prevalensi dari situs-situs yang berpura-pura sebagai media sesungguhanya.
Media sosial itu juga sesumbar tengah menganalisis situs penerbit untuk mendeteksi tindakan penegakan jika dibutuhkan.
“Penting bagi kamu untuk memastikan bahwa segala hal yang Anda lihat di Facebook adalah otentik dan bermakna,” Mosseri menuturkan