Twitter meniru langkah YouTube dan Facebook dengan menyatakan siap berbagi hasil pendapatan iklan dengan kreator video di Amerika Serikat sebagai strategi menarik lebih banyak kreator di jejaring sosial mereka.
Langkah ini juga pernah dilakukan YouTube dan di tengah gelombang beralihnya iklan televisi ke Internet.
Sebelumnya Twitter telah menawarkan skema bagi hasil dengan perusahaan media dan hiburan seperti CBS dan National Football League.
Sekarang, opsi ini terbuka untuk semua pengguna Twitter.
Kendati demikian, Twitter masih mengizinkan penggunanya untuk berkarya di platform lain.
YouTube sejauh ini masih jadi pemimpin pasar sebagai media berbagi video.
Program bagi hasil antara YouTube dengan pengguna sejauh ini tercatat paling sukses dan berhasil membangun eksistensi para kreator video –yang kemudian menyebut diri mereka Youtuber.
Facebook belakangan ini juga gencar meningkatkan jumlah konten video original di layanan mereka, dan merayu sejumlah perusahaan media dan selebritas untuk menghasilkan video.
Facebook sendiri berkata saat ini sedang menguji cara untuk “membuat model monetisasi jangka panjang yang berkelanjutan untuk video siaran langsung, meliputi cara-cara baru dan berbeda dengan skema berbagi pendapatan bersama para mitranya.”
Sementara Instagram dan Snapchat masih sangat bergantung dengan para selebritas, yang memiliki banyak pengikut, untuk mendorong keterlibatan pengguna dan meningkatkan jumlah konten.
Sementara itu Twitter juga telah melakukan langkah berani dengan menutup sekitar empat ratus ribu akun yang mengancam atau mempromosikan tindakan terorisme.
Twitter telah lama mendapat kecaman dari pemerintah Amerika Serikat dan kelompok pihak ketiga karena tidak berbuat cukup untuk menghentikan akun yang terkait dengan ISIS.
Twitter berkata langkah blokir terhadap akun terkait terorisme telah melonjak 80 persen dibandingkan tahun lalu, dengan waktu respons yang disebut Twitter telah dipercepat.
Twitter berkata langkah blokir akun ini utamanya bergantung dari laporan pengguna yang mengidentifikasi tindakan terorisme.
Setelah itu, tim khusus di Twitter akan mengevaluasi laporan itu kemudian memantau akun yang dilaporkan. Twitter akan mengambil sikap jika ada bukti cukup kuat.
Selain itu Twitter juga membantah rumor yang beredar luas bahwa layanan mikroblog itu bakal dimatikan pada tahun depan, dengan mengatakan bahwa laporan itu tidak berdasar.
“Sama sekali tidak ada kebenaran pada klaim itu,” kata juru bicara Twitter kepada Reuters.
Twitter pada Kamis kemarin diramaikan oleh tanda pagar #SaveTwitter dengan lebih dari seratus ribu kicauan sampai sore hari. Tidak jelas siapa yang pertama kali menghembuskan rumor tersebut.
Twitter beberapa tahun terakhir ini berjuang untuk meningkatkan jumlah pengguna yang stagnan, juga berjuang meraih pendapatan.
Di luar itu, mereka sering diserang soal isu membiarkan dan memberi penanganan buruk atas olok-olok yang dilakukan para pengguna terhadap satu pengguna lain.
Di satu sisi perusahaan itu berjuang menemukan keseimbangan yang tepat antara kebebasan berekspresi namun tetap menghalangi ujaran kekerasan serta kebencian.